Pewarta : Dubalang.
Editor : Khaiko.
PELITASUMBAR (Ulakan) – Tradisi keagamaan yang sakral yang selalu dilaksanakan oleh keturunan dan jamaah Almukarramah ulama besar Minangkabau Syekh Burhamnuddin disetiap tahunnya yang disebut dengan Basyafa.
Hal ini dibenarkan oleh Tuangku Heri Firmansyah Khalifah Ke XV Syekh Burhanuddin, ketika awak media ini langsung hadir di acara Basyafa di surau pondok ketek korong koto panjang nagari sandi ulakan kecamatan ulakan tapakis kabupaten padang pariaman sumatera barat Senin malam,13/09/2022.
Tuangku Khalifah jelaskan,”arti dari Basayafar adalah perjalanan, jadi seluruh umat muslimin dan muslimat, khususnya jamaah syatarriah yang ada di ranah Minangkabau satu kali dalam satu tahun selalu mengadakan ziarah bersama untuk manjalang guru yang masih hidup dan menziarahi makam guru yang sudah meninggal.
tepatnya pada hari Rabu,14/09/2022 ini Syafa Gadang, yang mencatat 333 tahun hari wafatnya Ulama Besar Minangkabau Almukarramah Syekh Burhanuddin, yang berpusat di Ulakan.
Tuangku Khalifah jabarkan mengenai perjalanan yang harus dilalui oleh jamaah yang berziarah yaitu, menelusuri tempat tempat yang sakral yang pernah dilalaui oleh Syekh Burhanuddin semasa hidupnya, yang terutama melihat pakaian atau warisan yang ditinggalkan oleh Almukarramah kepada khalifah selanjutnya, yang bertempat di surau pondok ketek yang di titahkan kepada khalifah ke XV yaitu Tuangku Heri Firmansyah.i
warisan yang ditinggalkan oleh Syekh Burhanuddin itu adalah berupa penghargaan atau ijazah dari gurunya Syekh Abdul Rauf Singkil berupa : satu pandiang loyang, ikat pinggang, empat helai baju jubah, tujuh buah kopiah, satu Al qur’an berkulit upih dan juga ada yang lainnya yang ditinggalkan di rumah kelahirannya di nagari Pariangan Batu sangkar, yang semua itu masih tersimpan denga rapi di tangan Tuangku Heri Firmansyah Khalifah Syekh Burhanuddin ke XV.
Tuangku Khalifah Heri Firmansyah tegaskan,”semenjak dirinya diwarisi sebagai khalifah yang ke 15 oleh kakeknya yaitu Tuangku Barmawi Khalifah yang ke empat belas, disetiap tahun yang bertepatan dengan hari Rabu (bulan syafar-red), saya selalu menerima jamaah yang selalu datang silih berganti yang bertujuan untuk mendengarkan ceramah juga melihat pakaian dan pada umumnya jamaah tersebut bermalam di surau pondok ketek dan besok paginya jamaah tersebut baru melanjutkan ziarah ke komplek makam syekh burhanuddin di Ulakan.
semua pesan syi’ar dari Syekh Burhanuddin juga dari kakek saya Tuangku Barmawi Khalifah ke 14 ini saya laksanakan di depan jamaah penuh dengan ikhlas dan bertanggung jawab, baik secara hukum Adat, hukum undang undang bahkan hukum ajaran islam. “kok batampuak buliah di jinjiang,batali buliah di irik. batungua ba panabangan,ba sasok ba jarami, ba pandam ba pakuburan” (yang artinya bisa di pertanggungjawabkan-red) tegas Khalifah ke 15.
basyafa di tahun 2022 ini, surau pondok ketek di penuhi oleh jamaah dari sumatera barat,Bengkulu,Jambi,Riau bahkan ada yang datang dari pulau jawa. salah seorang jamaah yang berasal dari Singingi Riau H.Dalimi Tuangku Kali 62 tahun,”saya juga jamaah yang lainnya yang berasal dari Singingi Riau ini selalu berziarah ke makam guru yang sudah meninggal juga mendatangi guru yang masih hidup, diwaktu bulan Syafar ini, dalam melakukan ziarah dalam mengenang hari wafatnya Syekh Burhanuddin di ulakan ini.
dalam berziarah, kunjungan pertama kami yaitu ke surau pondok ketek, yaitu maningkek santano guru yang masih hidup dan melihat pakaian, setelah itu barulah kami berziarah ke komplek makam Syekh Burhanuddin, kesemia ini kami lakukan dengan keikhlasan dan tidak ada tekanan dari pihak lain,yang kami harapkan agar mendapatkan safaat dari sang guru,harapan H.Dalimi Tuangku Kali.(***)