Pewarta : TIM
Editor : Khaiko
Kuraitaji (pelitasumbar) -Hanya mengenyam satu tahun di sekolah dasar dan minimnya ilmu agama juga keuangan yang pas – pasan Siti Rabina 34 tahun, mencoba keberuntungan merantau ke pulau batam riau. hal ini dipaparkannya kepada awak media pelitasumbar.com Minggu,10/07/2022.
Setiba disana dia bekerja di sebuah perusahaan sebagai karyawan.dan mendapatkan jodoh dengan lelaki yang tidak satu akidah(berlainan agama-red) “tapi apa boleh buat saya tida kuasa untuk menolak kesemua ini, bahkan saya harus mengikuti ajaran agama suami, tuturnya.
Selama berumah tangga kami dikaruniai tiga orang anak, pertama laki-laki M Irsad 13 tahun.Ratu Dwita Sari 9 tahun dan M Rojer 6 tahun. Karena sudah tidak ada kecocokan dalam rumah tangga, saya dan anak-anak pulang ke kampung, sedangkan suami saya tetap tinggal di batam.
Kurang lebih 3 tahun saya menatap dikampung halaman, korong kampuang ladang nagari kuraitaji kecamatan nan sabaris kabupaten padang pariaman Sumatera Barat, walaupun bathin galau dengan keseharian bergelut dengan serba berkekurangan, bahkan untuk menyambung hidup,saya bekerja sebagai kuli batu bata dengan hanya mendapat upah 40 ribu per hari, yang waktu kerjanya hanya ketika musim panas saja.
Tidak sampai disitu saja penderitaan yang saya alami, dari jauh suamipun melayangkan surat cerai, maka lengkap sudah penderitaan saya dengan anak-anak, ibu kandung tak menghiraukan kami, dan juga tak ada bantuan buat keseharian dari keluarga, tinggal menumpang di gubuk bocor yang tidak layak huni. Sedangkan buat makan hanya menunggu belas kasihan orang yang peduli, salahsatunya bantuan buat makan juga pernah diberikan oleh pemuka di korong dan di nagari,jelasnya.
Karena tidak mendapat belas kasihan dan perhatian dari keluarga, mungkin karena saya terlanjur pindah dari agama Islam ke agama lain yang tidak diridhoi oleh orang tua dan keluarga, maka dengan memohon kepada Allah SWT pada hari jumat. 01/07/2022,saya kembali masuk islam yang dipandu oleh KUA nan sabaris, semoga Allah menerima taubat nasuha saya juga maaf dari orang tua dan keluarga lainnya.
Hal ini pun dibenarkan oleh petugas kantor KUA kecamatan nan sabaris kabupaten padang pariaman Jabatan Pelaksana Zulfitri, “memang pada hari Jumat, 01/07/2022.datang seorang perempuan dengan tujuan untuk masuk agama Islam.
Kedatagan perempuan separoh baya tersebut didampingi oleh walikorong kampuang ladang, alhamdulilah keinginan seorang warga kampung ladang ini,untuk memeluk kembali agama Islam di ridhoi Allah SWT, sehingga sekarang sudah tertulis dalam catatan buku kementerian Agama republik Indonesia sebagaimana yang tertulis di sertifikat, jelas Zulheri.
Pemuka masyarakat nagari kuraitaji Zulherman, SS, “ketika berkunjung ke tempat tinggal Siti Rabina, dengan kepedulian yang dalam dia memberikan bantuan berupa beras, uang dan mukena sebagai perlengkapan sholat.
Seorang yang mualaf, dia termasuk ke dalam musnaf yang ke delapan, apalagi dia juga pernah sebagai TKI, yang juga termasuk dalam perlindungan ketenagakerjaan dan sudah seharusnya dinas terkait lebih memproritaskan kehidupannya kalau bermasalah.
Sekarang Siti Rabina mualaf, janda dan juga kehilangan pekerjaan untuk menafkahi tiga orang anaknya. Ini bulan tanggung jawab instansi terkait saja tapi kita semua bertanggung jawab atas pembinaan dan keberlangsungan kehidupan Siti Rabina, harap Zulherman.
Ketua Bamus nagari kuraitaji Khairul Koto, S.I.Kom, “kejadian yang berlalu – lang di nagari kita selama lebih dari empat tahun, baru ketahuan setelah kesadaran dari yang bersangkutan ingin bertaubat.
Hal ini pertanda keluarga, pemuka bahkan para pemimpin di negeri ini kepeduliannya sudah berkurang, tidak lagi memiliki komunikasi yang senada, sehingga terjadi miss komunikasi (artinya tidak mau tau-red).
Dengan kejadian yang miris ini, mari kita sama-sama kontropeksi diri, mulai dari lingkungan keluarga terkecil sampai kepada para pemimpin agar lebih peduli terhadap lingkungan dan masyarakat, apalagi warga tersebut sangat layak untuk mendapatkan pembinaan dan bantuan.
Sanak kemenakan kita Siti Rabina yang baru saja mu’alaf dan dia juga janda dengan ekonomi lemah, sangat butuh bantuan dan pembinaan, baik itu ilmu formal maupun ilmu keagamaan.
Menurut Siti Rabina dia sangat merasakan ujian dari Allah, dengan tidak harmonisnya hubungan antara dia dengan ibunya juga adik-adiknya dan juga warga lingkungan yang memandang sebelah mata terhadap dirinya.
Siti Rabina sangat berharap kepada semua pihak agar bisa membantu untuk membuatkan rumah tempat tinggal bersama tiga orang anak nya dan alhamdulilah ketika saya dirantau sudah membuat pondasi untuk pendirian rumah yang terletak di atas tanah pusakanya, harapan Siti Rabina. (*)